Bencana
Danau Lumpur Lapindo di Kecamatan
Porong-Sidoarjo masih menyisakan duka.
Namun, danau ini justru dibuat sebagai
tempat wisata oleh masyarakat sekitar.
Ada banyak kisah di sana.
Akibat kelalaian manusia bencana lumpur
panas Sidoarjo terjadi. Di balik duka yang
mendalam itu, semangat warga sekitar
patut diacungi jempol. Betapa tidak,
danau ini mereka sulap menjadi destinasi
yang mendatangkan banyak wisatawan.
Bencana lumpur panas Sidoarjo atau yang
dikenal dengan Danau Lumpur Lapindo,
merupakan bencana tenggelamnya
beberapa desa di Kecamatan Porong-
Sidoarjo hingga membentuk danau yang
begitu luas akibat aktivitas pengeboran
minyak. Entah berapa besar kerugian
yang ditanggung akibat hilangnya
pemukiman penduduk, gedung-gedung
sekolah, kantor-kantor pemerintah,
persawahan, sektor perindustrian, dan
lain-lain.
Akibat bencana ini jalur lalu litas
perdagangan Surabaya–Malang dan
Surabaya-Banyuwangi sempat lumpuh
total. Sehingga berpengaruh pada
kehidupan perekonomian di Jawa Timur.
Kamis itu kebetulan hari libur, yaitu hari
Tahun Baru Islam, 1 Muharram 1434
Hijriyah. Kami memanfaatkannya dengan
bepergian ke luar kota bersama anak dan
istri. Terdorong oleh rasa ingin tahu kami
tentang Danau Lapindo, maka
berangkatlah kami menuju kota Porong–
Sidoarjo.
Sesampai di pintu masuk tanggul Danau
Lapindo, seorang penjaga memungut
biaya masuk sebesar Rp 5.000 per orang.
Di dalam areal danau, para pengunjung
masih dipungut biaya suka rela sebelum
memasuki lokasi pusat semburan.
Danau Lumpur Lapindo dikelilingi oleh
tanggul yang cukup tinggi, dengan
ketebalan tanggul yang memungkinkan
kendaran roda empat (dump truck) bisa
berjalan lalu lalang melalui tanggul itu.
Sebelum memasuki tanggul, masih di
Jalan Raya Porong, banyak warga sekitar
yang mendirikan warung-warung makan
dan minuman. Mereka mencari rejeki
dengan berjualan makanan dan minuman
untuk menambah ekonomi keluarga.
Setiap pengunjung yang datang mereka
tawari suvenir-suvenir, berupa kaus dan
CD tentang bencana lumpur panas ini.
Layanan payung dan ojek juga tersedia
bagi pengunjung yang kebetulan tidak
membawa motor sendiri.
Mengingat begitu luasnya danau ini,
sehingga berjalan-jalan keliling danau
tidak bisa dilakukan dengan berjalan kaki.
Terlalu capek dan keadaan udara sangat
panas menyengat kulit akibat musim
kemarau yang berkepanjangan.
Dari kejauhan tampak sesekali asap putih
mengepul timbul tenggelam rupanya. Di
sanalah tempat pusat semburan, ada bau
khas dan tak sedap yang ditimbulkan
akibat keluarnya lumpur panas dari perut
bumi muncul dan hilang kembali diterpa
angin kemarau.
Kami menyaksikan pompa-pompa air
yang berukuran sangat besar, juga kapal-
kapal pengeruk lumpur serta mess
karyawan BPLS (Badan Penanggulangan
Lumpur Sidoarjo) yang siang itu kelihatan
sepi dan lengang. Hanya suara atap mess
yang terbuat dari bahan pelat seng
tersingkap akibat tiupan angin yang
mengundang perhatian kami.
Tidak lama kemudian, beberapa pasang
pengunjung dengan mengendarai sepeda
motor mendatangi tempat yang terdekat
dengan pusat semburan. Kami lalu
berbincang bersama sambil memandangi
pusat semburan lumpur.
Mereka datang bersama keluarganya
sehabis menengok sanak keluarga di
daerah lain, "penasaran dengan cerita
banyak orang tentang danau Lapindo,
sekalian main-main kesini," ungkap salah
satu dari mereka.
Sebagian pengunjung, memanfaatkan
waktunya dengan berfoto bersama
anggota keluarganya dengan latar
belakang danau lumpur yang sudah
mengering. Terlihat jelas sekali
permukaan lumpur yang mulai mengeras
dan retak-retak akibat musim kemarau.
BPLS sengaja memisahkan material yang
keluar dari lubang semburan menjadi dua
bagian. Sebagian danau khusus
menampung air dan danau lain untuk
endapan lumpur.
Ali, seorang pemandu wisata
menjelaskan, "meski tempat ini terdekat
dengan lokasi semburan, namun jaraknya
masih puluhan kilometer dari sini.
Wisatawan tidak diperkenankan melihat
terlalu dekat dengan pusat semburan
untuk menghindari hal-hal yang tidak
diinginkan, seperti terjatuh dan lain-
lain,".
Pohon cemara ditanam dengan jarak
tanam yang teratur, tampak
mempercantik jalan masuk lokasi pusat
semburan ini. Meski ada sebagian yang
mengering akibat kemarau panjang.
Hari menjelang sore, setelah puas
mengunjungi tempat wisata Lumpur
Lapindo kami lalu beranjak pulang.
Dengan berhati-hati kami menuruni
tanggul yang tinggi itu. Anak kami juga
merengek karena perutnya lapar.
Kebetulan ada warung sederhana di
dekat danau yang menyediakan makanan
khas kota Porong, ote-Ote namanya.
Kami pun dengan lahap menyantap ote-
ote itu. Ditambah petis Sidoarjo, duh
semakin nikmat rasanya. Sebagian lagi
kami bawa pulang untuk oleh-oleh
keluarga di rumah.
Sabtu, 22 Desember 2012
DANAU LAPINDO,BENCANA YANG MENJADI WISATA
Adu Balap 5 Kereta Peluru Tercepat di Dunia
Banyak traveler bermimpi
untuk bisa merasakan naik kereta peluru
yang ada di sejumlah negara. Mereka
membayangkan bagaimana rasanya
melaju sampai 500 km/jam. Wussh!
Sejumlah negara, tenar di mata traveler
karena memiliki kereta peluru yang
canggih. Jarak ratusan kilometer,
ditempuh dalam hitungan menit saja.
Luar biasa!
Terkadang, harga tiket yang mahal bukan
masalah asalkan bisa merasakan sensasi
melesat seperti peluru. Dihimpun
detikTravel, Kamis (20/12/2012) inilah 5
kereta peluru tercepat di dunia.
1. TGV Prancis
Prancis adalah salah satu negara yang
mengembangkan kereta peluru dengan
nama TGV (Train a Grande Vitesse). TGV
dioperasikan oleh PTKA Prancis (SNCF).
Tampilannya khas dengan warna abu-abu
dengan lokomotif yang aerodinamis.
detikTravel pernah menjajal TGV dalam
perjalanan dari Koeln, Jerman menuju
Paris, Prancis beberapa waktu silam.
Penumpang mendapat fasilitas WiFi gratis
untuk kelas 1 dan membeli voucher WiFi
untuk kelas 2. Saat membawa
penumpang, TGV berlari 300 km/jam.
Pemandangan di luar jendela bergerak
cepat, namun sistem suspensi yang
mumpuni membuat penumpang hanya
sedikit merasakan guncangan.
TGV melayani perjalanan ke seluruh
Prancis, sampai ke Jerman, Belgia dan
Belanda. TGV adalah pemegang rekor
kereta peluru konvensional tercepat di
dunia, 574 km/jam! Terbayangkan betapa
melesatnya kereta ini. Teknologi TGV
dijual ke Korea Selatan dengan nama
kereta peluru KTX.
2. ICE Jerman
Saingan TGV adalah negara tetangganya
sendiri, Jerman. Jerman memiliki kereta
peluru ICE (Inter City Express) yang
dioperasikan PTKA Jerman, Deutsche
Bahn (DB). Tampilannya juga khas
dengan warna putih dominan dan garis
merah di samping.
detikTravel menjajal ICE dalam
perjalanan dari Zurich ke Duesseldorf.
Mengenai fasilitas, jangan kuatir. Ada
kereta makan yang didesain benar-benar
mirip restoran. Selain itu ada kabin
khusus bagi mereka yang membawa anak
kecil, lengkap dengan tempat
permainannya. Penumpang juga bisa
menyewa WiFi jika ingin berinternet ria.
ICE melesat sampai 300 km/jam,
pemandangan di luar jendela pun tinggal
sekelebatan saja. Meski berlari dengan
kecepatan seperti peluru, goncangannya
tidak terlalu terasa. Air mineral di atas
meja, hanya beriak sedikit saja. Rekor
kecepatannya adalah 406,9 km/jam.
Teknologi ICE dijual ke Cina dengan
nama kereta peluru CRH.
3. Shinkansen Jepang
Kereta peluru Jepang alias Shinkansen,
menjadi alat transportasi vital di Negeri
Sakura. Saat traveling menjelajah Jepang,
Shinkansen bisa menjadi andalan. Banyak
traveler menyebut kereta peluru
berwarna silver ini lebih mirip roket
dibanding kereta. Kecepatannya luar
biasa!
Wisatawan bisa cepat bepergian ke
tempat jauh. detikTravel pernah
mencoba Shinkansen dari Tokyo ke
Sendai. Tokyo ke Sendai yang berjarak
350 km, ditempuh kurang dari 2 jam
dengan kecepatan 250 km/jam.
Agak berbeda dengan kereta peluru lain,
Shinkansen berteknologi Maglev atau
magnetic levitation. Shinkansen
memegang rekor kereta peluru jenis
Maglev tercepat di dunia, 581 km/jam!
4. KTX Korea Selatan
KTX (Korea Train Express) adalah kereta
peluru dari Korea Selatan yang
dioperasikan PTKA Korsel yaitu Korail.
Wisatawan yang sedang traveling di
Korsel, bisa naik KTX untuk wira-wiri dari
Seoul ke Busan.
KTX mengadaptasi teknologi TGV Prancis,
sehingga lokomotifnya pun mirip TGV.
KTX memiliki rekor kecepatan 352,4 km/
jam.
5. CRH China
Wisatawan yang traveling ke China bisa
menikmati kereta peluru CRH (China
Railways Highspeed). Kereta peluru ini
memakai alih teknologi macam-macam,
termasuk dari ICE Jerman dan
Shinkansen Jepang. Makanya bentuk
lokomotifnya agak mirip-mirip dengan
aslinya. Warnanya putih dengan garis
biru.
Kereta ini melayani jalur Qinhuangdao–
Shenyang sepanjang 404 km. Nantinya
akan ada jalur Beijing-Shenyang
sepanjang 705 km. CRH memiliki kabin
kelas 1 dan kelas 2 yang nyaman. CRH
bisa mencapai kecepatan maksimum 380
km/jam.